Dirikan Koperasi Di Desa Talagasari, Agar Masyarakat Kecil Tak Lagi Meminjam Ke Bank Keliling
TANGERANG-Kalian tentu pernah mendengar istilah bank keliling mingguan di daerah kalian, atau mungkin lebih familier dengan bank harian. Ya, ada banyak sekali Koperasi simpan pinjam yang menawarkan pinjaman dengan tenor singkat mulai dari harian atau mingguan. Biasanya plafon diberikan juga cukup rendah mulai dari Rp 500rb sampai maksimal Rp 1jt. Apalagi kasus yang kemarin mencuat di Desa Talagasari Rt 005/02 dan sebagian di wilayah lain.
Terlepas dari apapun namanya, dan berbagai kasus yang menyertainya, Praktik rentenir berkedok Koperasi di Kecamatan Cikupa dikeluhan atau dipermasalahkan masyarakat terutama Masyarakat Desa Talagasarim
Pasalnya, rentenir berkedok Koperasi itu berimbas kepada masyarakat kecil yang menjadi korban dari lintah darat atau rentenir.
Salah satunya ditemukan di lapangan, para lintah darat yang disebut dengan memakai nama koperasi namun sistem kerja koperasi tersebut tidak sesuai koperasi.
Mereka memberikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi, tidak selayaknya koperasi.
Sebut saja, NR ( 45 th ) Ibu Warung penjual Gado Gado ini hampir tiap jam di datangi petugas yang mengaku dari Koperasi,
NR menceritakan Jika Ia meminjam 500 rb, maka di potong admintrasi 50 rb dan langsung di potong cicilan pertama sebesar Rp. 25.000,-/ Hari selama sebulan, Hari Minggu Tagihan libur. Dari Total Pinjaman Rp.500 Rb. Ia hanya menerima Rp 425.000,-.
NR mengaku mengalami kesulitan untuk meminjam ke Bank Bank Pemerintah karena dengan sulitnya persyaratan dan agunannya. Hanya dengan meminjam kepada Koperasi kebutuhan itu bisa tertutupi. Namun pinjaman ke Koperasi itu tidak hanya satu atau dua orang bahkan lebih dari 3 orang. Sehingga uang yang diterima itu buat menutupi cicilan koperasi yang lainnya.
" Jualan Gadi Gado berapa sih untung tiap harinya, Pengeluaran buat koperasi aja sudah 75.000,- belum buat belanja,' Ujar NR.
Namun, Semangat NR dalam menghidupi keluarga dengan membantu perekonomian keluarga dan suami yang menjadi dasar ia tetap kuat menjalani hidup dengan berjualan gado gado.
" Tetap semangat, kalau gak jualan repot buat bayar cicilan Koperasi yang datang tiap hari itu,' tambah NR Kepada Awak Media.
Lain hal nya, dengan YN ( 55 th) yang tak sanggup membayar cicilan koperasi yang tiap harinya ada 5 orang yang menagih.
" Tak ada Saudara yang mau pinjemin, akhirnya dengan hanya modal KTP bisa lebih mudah pinjem ke Koperasi Keliling itu,' Cerita YN.
Menyingkapi Soal maraknya Koperasi Keliling, Jumadil Qubro menyingkapinya bahwa masyarakat kecil terutama pedagang harian harusnya mendapat perhatian dari pemerintah lebih maximal lagi, bantuan bantuan BLT yang selama ini harus terus menyasar kepada mereka yang terlilit hutang dan usahanya bangkrut akibat tak ada modal.
" Dengan adanya bantuan dari Pemerintah, diharapkan bisa membantu usaha masyarakat yang usahanya tak berkembang karena kekurangan dana, Jika mereka meminjam kepada Koperasi Keliling bukanlah solusi, karena mereka tidak akan dapat berkembang karena modal dan untungnya tiap hari harus dibayarkan kepada mereka, apalagi bunganya cukup tinggi,' Kata Jumadil Qubro.
Lebih lanjut, Jumadil mengatakan Pemerintah melalui Dinas Koperasi juga harus mengawasi semakin banyaknya Koperasi koperasi yang tak.mengantongi Ijin, dan mereka bukanlah Koperasi tapi Rentenir yang menerapkan bunga tinggi," tambah Jumadi.
"Bangun Koperasi di tingkat Desa, agar masyarakat tidak lagi meminjam.kepada koperasi keliling itu,' tutup Jumadi. (HD)